Model
biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional, yaitu.
1.
Aset dinilai pada
biaya kininya ketimbangan biaya historisnya. Oleh karena itu aset pada dasarnya
sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas di masa depan, pendukung model
biaya-kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik
pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada
pembaca laporan keuangan.
2.
Laba
didefenisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak perusahaan, yaitu jumlah
sumber daya yang dapat didistribusikan perusahaan di suatu periode sambil tetap
mempertahankan kapasitas produksi atau modal fisiknya.
Satu
cara untuk mempertahankan modal dengan cara menyesuaikan posisi awal bersih
perusahaan seperti harga tagihan lancar, daftar harga dari penyedia. Dapat
diilustrasikan dalam bentuk persamaan akuntansi yaitu.
Aset =
Kewajiban + Ekuitas Pemilik
|
|||
|
Kas
|
Persediaan
|
Modal
|
1
|
100.000
|
|
100.000
|
2
|
(100.000)
|
100.000
|
|
3
|
150.000
|
|
150.000
(pendapatan)
|
4
|
|
40.000
|
40.000 reval OE
|
5
|
|
(140.000)
|
(140.000) beban
|
Keterangan.
·
Baris 1,
menunjukkan pengaruh investasi awal perusahaan sebesar ARS100.000 terhadap
laporan keuangan
·
Baris 2,
menunjukkan pertukaran kas dengan persediaan, dengan asumsi kenaikan gaji
sebesar 50%.
·
Baris 3, menunjukkan
penjualan persedian untuk mendapatkan kas, yang meningkatkan ekuitas pemilik
dengan jumlah yang sama.
·
Baris 4,
menunjukkan beban kini pada penjualan, perusahaan meningkatkan nilai dukungan
persediaan sebesar 40%, ganti rugi tersebut guna untuk kenaiakan akan revaluasi
ekuitas pemilik sebesar ARS40.000. penyesuaian ini memiliki dampak yaitu.
Jumlah revaluasi memperlihatkan kepada pembaca lap. Keuangan bahwa perusahaan
harus menyimpan tambahan sebesar ARS40.000 dalam usaha agar mampu mengganti persediaan
yang mengalami kenaikan biaya pengganti.
·
Baris 5,
menunjukkan revaluasi persediaan meningkatkan beban sumber daya yang menjadi
setara dengan beban ekonomi kini.
Biaya kini disesuaikan dengan tingkat
harga umum
Opsi
pelaporan ini bertujuan untuk menggabungkan karakteristik model tingkat-harga
umum dan model biaya-kini. Pengukuran ini disebut dengan model biaya kini yang
disesuaikan degan tingkat harga menggunakan indeks harga umum dan khusus. Salah
satu tujuan model tingkat harga-umum, yaitu untuk mengungkapkan laba dan aset
bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Tujuan dari model
biaya-kini yaitu untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan
melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri
khas model biaya-kini, pengungkapan perubahan biaya kini dari aset nonmoneter
perusahaan setelah dikurangi inflansi. Bertujuan untuk memperlihatkan bagian
perubahan nilai aset nonmoneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya
beli umum.
Kenaikan
aset nonmoneter akibat inflansi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki
perusahaan agar mampu menghadapi inflansi umum. Dan salah satu komponen yang
lainnya, misalnya kenaikan biaya kini yang melampaui inflnsi umum dianggap oleh
sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset nonmoneter yang belum
direalisasikan. Komponen terkhir ini bukan merupakan laba, malinkan kenaikan
biaya perusahaan yang harus dimiliki perusahaan dalam mempertahankan produknya
Laba atau rugi kumulatif dari aset
nonmonter induk- pos ini
merupakan perubahan kumulatif atas nilai aset nonmoneter yang diakibatkan
selain oleh inflansi umum.
Pos
ini dihitung hanya jika model beban-khusu digunakan, karena beban ini
dibndingkan dengan penyajian ulang dengan yang ditentukan oleh indeks harga
konsumen nasional. Jika beban khusus lebih besar daripada indeks tersebut, maka
laba akan diperoleh aset nonmoneter induk, jika tidak maka rugi akan diperoleh.
Laba atau rugi moneter kumulatif- pos ini merupakan pengaruh bersih yang muncul
dari penyajian ulang awal dari angka-angka dalam laporan keuangan.
0 komentar:
Posting Komentar